MEMBANGUN FIGUR POLISI HUMANIS
Robocopkah Sosok Polisi Humanis?
Tahun 1987, Paul Verhoeven bersama Ed Neumier dan Michael Miner menyutradai RoboCop. Film fiksi sains ini diadopsi dari karya penulis dan produser Edward Neumeier. Filmnya sendiri berkisah tentang kehidupan seorang perwira polisi bernama Murphy (Peter Weller) yang mengalami naas dalam tugas kepolisiannya. Raga Murphy itu kemudian digunakan dalam percobaan sebagai petugas patroli dengan wujud setengah manusia-setengah mesin alias cyborg dan dipersiapkan menghadapi pejabat kota yang korup.
Jelas saja robot setengah manusia yang disebut RoboCop menuai pro kontra. Pertanyaannya, bisakah polisi cyborg menggantikan peran polisi manusia?. Apalagi mempraktekkan tertib hukum (law and order) pada masyarakat. Pertama karena teknologi kelewat canggih belum masuk dalam logika manusia normal pada umumnya. Lantas bagaimana jika teknologinya saja yang kita gunakan?
Terlepas dari apapun ceritanya, sebenarnya gagasan seperti cerita rekaan film ala RoboCop adalah impian kita sejak lama. Terutama sudah sejak lama kita mencari figur polisi ideal yang kuat sekaligus humanis. Lebih tepatnya seperti gagasan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, sebuah model polisi yang PRESISI (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, Berkeadilan). Sebuah gagasan menjadikan kerja-kerja kepolisian jadi makin canggih.
Bagaimanapun pelan tapi pasti, semuanya harus dirubah dan berubah. Kepolisian harus dapat bekerja lebih optimal dengan dukungan berbagai sistem dan perangkat yang makin canggih dan memudahkan. Apalagi era-nya sudah berbasis teknologi 4.0, artinya digitalisasi sistem menjadi kebutuhan penting, agar secara perlahan kita melangkah kearah impian polisi yang PRESISI tersebut.


Mengapa harus komputerized, digitalisasi dan mempercanggih sistem?. Tentu saja pertimbangan sederhananya, bahwa data Statista saja, mendudukan Indonesia sebagai peringkat kelima pengguna internet terbesar di dunia. Jumlahnya tidak main-main, per Maret 2019 saja, sebanyak 143,26 juta pengguna internet.
Bahkan rilisan data terbaru layanan manajemen konten HootSuite, dan agensi pemasaran media sosial We Are Social dalam laporan bertajuk “Digital 2021”, pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 ini sudah mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020 lalu. Dengan total jumlah penduduk Indonesia saat ini sebesar 274,9 juta jiwa, artinya penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 sudah mencapai 73,7 persen. Fantastis!
Dengan potensi fantastis begitu, menggunakan basis teknologi yang mudah akses adalah sebuah pilihan sangat tepat. Apalagi Indonesia sebuah negara kepulauan terbesar didunia dengan 17.504 pulau-pulaunya, yang dihuni 270.203.917 jiwa. Bayangkan saja jika diurus secara manual, berapa banyak personil dan peralatan kepolisian harus disiapkan untuk mengurusnya?

Karena Polisi Bukan Robot
Jelas, karena hakekatnya polisi memang bukan robot, maka kerja dan kinerja yang lemah harus terus dievaluasi. Kualitas kinerja harus didukung program dan sistem yang bisa membantu mengurangi titik lemahnya.
Bagaimana meningkatkan kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap Korps Bayangkara adalah capaian prioritas Institusi Polri saat ini. Meskipun berdasarkan survei Alvara, di 100 hari pertama kerja Kapolri, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri mencapai 86,5 persen dan tingkat kepuasaan 82,3 persen, ini adalah pencapaian yang harus dijaga dan ditambah besarannya.
Polri harus terus menganalisa dan mengevaluasi kinerja. Menyiapkan langkah-langkah strategis meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Seperti tagline sebuah iklan, berinovasi tanpa henti, memajukan teknologi Polri yang semakin mumpuni.
Mengapa harus revitalisasi dan transformasi?. Tentu saja Kepolisian RI tidak mau “jalan di tempat”, apalagi dalam menjalankan tugas dan amanah bakti negaranya kepada masyarakat. Semakin lama, kerja dan layanan harus menjadi lebih baik.
Belum lagi memperbaiki paradigma dan stereotip buruk kepada institusi kepolisian, akibat ulah “oknum” maupun sistem kerja yang bisa menganggu kinerja. Sehingga pelanggaran bisa leluasa dilakukan dan tidak terdeteksi, sebut saja punggutan liar (pungli) di jalanan.
Perbaikan sistem yang merepresentasikan sisi transparansi kepolisian adalah wujud revitalisasi dan transformasi sistem itu. Revitalisasi adalah proses, cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi menjadikan sesuatu menjadi vital, dan berarti sangat penting atau sangat diperlukan untuk kehidupan. Sedangkan Transformasi adalah sebuah proses atau perubahan rupa, bentuk, sifat, atau fungsi, sehingga transformasi menjadikan sesuatu menjadi lebih baik.
Sebuah potongan dialog adegan dua orang mantan preman dalam serial televisi Preman Pensiun 5, menggambarkan bekerjanya sistem tersebut. “Dipakai dong helmnya, polisi memang nggak ada, tapi CCTV ada dimana-mana!”. CCTV atau E-TLE system adalah bagian dari program reformasi sistem kepolisian. Artinya apa?, kesadaran terhadap sebuah tindak pelanggaran di jalan raya dapat diminimalisir atau terbangun kesadaran dengan bantuan sebuah sistem canggih yang bisa membantu kerja-kerja kepolisian yang tidak sepenuhnya bisa aktif selama 24 jam dan disemua titik di jalan raya.

Bahkan berbagai tindak kejahatan saat ini dapat lebih cepat terdeteksi dengan bantuan E-TLE System (CCTV) tadi. Sistem dapat merekam seluruh kejadian secara detail, dibandingkan jika hanya mengandalkan kejelian petugas dilapangan atau kerja secara manual. Dan ini baru sedikit keuntungan dari kompleksnya kerja-kerja instansi kepolisian, termasuk dalam urusan layanan manajemen administrasi yang mengakomodir kebutuhan publik yang luas dan beragam.
Coba bayangkan satu urusan layanan yang pernah kita gunakan, seperti mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM). Saat ini layanan perpanjangan maupun pembuatan SIM dapat dilakukan secara online. Cukup dengan masuk kedalam sistem yang telah tersedia dan memenuhi semua prosedur persyaratan, maka urusan tidak hanya bisa selesai, namun jarak dan waktu bisa terpangkas lebih cepat, dan tentu saja dengan sistem pembayaran secara online dengan otoritas lembaga keuangan yang ditunjuk pihak kepolisian, kemungkinan terjadinya maladministrasi seperti pungli dapat di atasi. Bukankan ini sebuah simbiosis mutualis yang luar biasa.

Untuk saat ini, reformasi Polri melalui berbagai inovasi program unggulan PRESISI yaitu;
Prediktif, Pemolisian prediktif mengedepankan kemampuan anggota Polri untuk memprediksi situasi dan kondisi yang menjadi isu dan permasalahan serta potensi gangguan Kamtibmas. Inovasi ini diwujudkan melalui; patroli siber dan Pusat Informasi Kriminal.
Responsibilitas, mewujudkan anggota Polri yang cepat tanggap dan proaktif dalam memberikan pelayanan prima serta menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Wujudnya adalah; electronic traffic law enforcement (tilang online); call centre 110 Polri, kampung tangguh penanganan COVID-19, Bhabinkamtibmas sahabat masyarakat; aplikasi SINAR POLRI (perpenjangan SIM melalui virtual account) dan Aplikasi Penerimaan Anggota Polri.
Transparansi Berkeadilan, mewujudkan Polri yang humanis, transparan, akuntabel dalam memberikan rasa keadilan dan kemudahan pengawasan oleh masyarakat. Inovasinya melalui; pengaduan masyarakat online terintegrasi (Dumas online); SP2HP (surat pemberitahuan perkembangan hasil penyeledikan) secara online; penyelesaian kasus pidana dengan “Restorative Justice”; Siber TV; Polri TV dan E-PPNS Online. Semuanya untuk memudahkan akses dan jangkauan publik yang lebih luas.
Komunikasi Publik itu Harus!
Langkah prioritas untuk program prioritas PRESISI POLRI saat ini adalah melakukan sosialiasi secara intensif. Pendekatan persuasif dan populer, dengan memanfaatkan semua medium media sosial, termasuk kompetisi blog ini. Karena era digital, menjadikan pesan audio dan visual menjadi sarana terbaik agar pesan mudah dimengerti oleh semua kalangan.
Kita sangat mengapresiasi dan bisa terus mengambil manfaat dari institusi kepolisian seperti model kampanye di ruang publik dengan memanfaatkan muatan konten kampanye keselamatan di jalan raya yang humoris. Penggunaan narasi humoris memiliki daya tarik dan daya lekat di ingatan publik yang lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan narasi teks yang melulu serius.
Bahkan yang termutakhir yang patut diacungi jempol adalah peluncuran lagu “Polri Presisi” yang terinspirasi dari program Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo; prediktif, responsibilitas, dan Tranparansi Berkeadilan (Presisi), yang telah diunggah di akun You Tube Siber TV.
Sumber video : Siber TV
Kemitraan dengan berbagai stakeholder, termasuk institusi pendidikan dalam menyebarluaskan informasi adalah sebuah keniscayaan yang harus terus dilakukan. Pelibatan masyarakat dalam berbagai ajang kegiatan dan program berkala seperti halnya kampung tangguh penanganan COVID-19, Bhabinkamtibmas sahabat masyarakat, Polisi Sahabat Anak, Kampanye Keselamatan Berkendara Milenial.
Saat ini saja berbagai reformasi program kepolisian telah masuk dalam ranah model digitalisasi sistem. Sebut saja seperti beberapa fitur keren berikut:











Semakin populer materi kampanye yang disuguhkan di media sosial dan ruang publik, akan semakin banyak pesan-pesan program inovasi yang akan sampai ke publik. Harapan kita sebagai masyarakat adalah semakin banyak program kepolisian yang menyangkut hajat hidup khalayak luas yang bisa diakses secara mudah. Mengurangi kekuatiran praktek maladministrasi dan tentu kinerja kepolisian yang makin membuat sosok polisi menjadi sahabat sejati masyarakat.
Karena bagaimanapun polisi juga manusia, ada titik lemah yang harus terus diperbaiki oleh mereka sendiri, atau dari kita. RoboCop saja masih punya nurani. Jika nurani hilang, bisa jadi walaupun raganya manusia, barangkali hatinya memang cyborg.
Selamat bekerja pahlawan kami, selamat hari BHAYANGKARA ke-75!
M. Nabil Azra, Banda Aceh
3 comments
Rini Wulandari
Wah! konten yang sangat informatif!
Diana Sari
Bermanfaat sekali inovasi fitur-fitur polisinya. Terima kasih atas informasinya👍🏻
Ridwan
Saya sangat tertarik dengan narasi dan jalan opininya, seruuuu……