Merdeka
Merdeka Belajarnya, Merdeka Berpikirnya
Oleh M Hafizh Zhafran
Siapa yang tak tahu film Laskar Pelangi (2008)?. Menurutmu mengapa Laskar Pelangi menjadi film inspiratif bagi banyak orang?. Menurutku, kisah belajar dengan keterbatasan masih menjadi cara kita menambah semangat dan daya tarik untuk berhasil mencapai apapun. Semakin banyak tekanan semakin bersemangat kita untuk meraih keberhasilan, benarkah begitu seperti pikiranku?.
Andrea Hirata penulis tetralogi novel itu memang lihai bagaiman harus bercerita tentang semangat anak-anak di pedalaman yang ingin terus belajar, tak peduli halangan apapun. Beruntung mereka memiliki sosok guru yang se-ide dengan mereka, sehingga padang rumput, sungai, kebun, sekolah yang tak layakpun menjadi ruang belajar mereka. Mereka bebas belajar tentang apa saja, tentang pelajaran dan tentang kehidupan. Apakah kisah mereka adalah sebuah kisah merdeka belajar?. Menurutku ya, bagaimana menurut pikiranmu?.
Merdeka
Mengapa Merdeka Belajar?
Apakah merdeka belajar dan merdeka berpikir memang seperti itu bentuknya?. Apa sebenarnya makna gagasan terbesar merdeka belajar?.
Ketika Pak menteri Nadiem Makarim mencetuskan gagasan merdeka belajar, hal paling sederhana yang ingin dicapainya adalah merdeka berpikir. Mengapa berpikir harus merdeka, bukankah tak ada siapapun yang menghalangi seseorang berpikir?. Apa hubungan antara merdeka belajar dan merdeka berpikir?.

17 Agustus 2021 kemarin kebetulan momentum kemerdekaan Republik Indonesia ke-76. Banyak orang masih bertanya tentang merdeka yang sesungguhnya. Apakah selama ini kita belum merdeka termasuk dalam belajar? Lalu merdeka dalam belajar itu seperti apa sih?.
Bayangkan jika untuk mempelajari sesuatu saja kita harus “dipaksa”, maksudnya apa yang kita pelajari bisa jadi bukan sesuatu yang sebenarnya kita inginkan dan kita butuhkan. Padahal setiap orang punya impian, punya keinginan dan gagasan tentang sesuatu yang menjadi impiannya dan tidak semua itu dapat dicapainya dengan sekedar belajar.
Menurut Nadiem Makarim, inti dari merdeka berpikir, harus didahului oleh guru sebelum mereka mengajarkannya kepada para anak didiknya.
Maka, sehebat apapun dan sekompeten apapun seorang guru yang hebat tanpa bisa diterjemahkan maksudnya oleh para anak didiknya melalui kemampuan kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak pernah terjadi proses pembelajaran, karena bagaimana semuanya bisa tersampaikan, jika kita gagal berkomunikasi dalam belajarnya.
Belum lagi ada banyak tekanan yang menganggu proses belajarnya di sekolah. Komunikasi yang jelek antara anak didik dan guru, antara sesama kita, kekerasan disekolah, teknologi yang kurang, kondisi ekonomi dan sosial, kemiskinan dan beratus masalah lain yang mengganggu belajar kita, termasuk pandemi yang masih berlangsung sekarang ini.
Ada baiknya kita coba renungkan sebuah cerita dari Kak Seto tentang “sekolah hewan di hutan”?. Kisah ini saya kutip dari blog gurusiswadankita, kisahnya begini:
“tersebutlah sebuah kisah di hutan belantara yang lebat. Di sana akan dibuat sebuah sekolah untuk para hewan yang ada di hutan. Adapun mata pelajaran pokok yang akan diajarkan adalah berlari, memanjat, terbang, dan berenang. Dengan demikian, maka semua murid yang berprestasi diharapkan akan mampu menguasai keempat mata pelajaran pokok tersebut. Namun apa yang terjadi kemudian?.
Si kucing hutan ternyata amat pandai dalam mata pelajaran berlari dan memanjat. Dengan cepat ia dapat mengejar mangsanya, bahkan sampai ke bagian atas pohon yang cukup tinggi. Namun, sayangnya, ia cukup mengalami kesulitan dalam mata pelajaran berenang karena ia memang sangat takut pada air. Apalagi dalam pelajaran terbang. Berkali-kali ia memanjat pohon yang cukup tinggi, kemudian mencoba melompat ke bawah bagaikan seekor burung yang hendak terbang. Tapi bagaimana akibatnya? Berkali-kali itu pula si kucing hutan jatuh terguling-guling di tanah dengan kesakitan karena kakinya terkilir. Akibatnya, ia malah tidak mampu berlari dan memanjat sama sekali, suatu bidang yang semula amat dikuasainya dengan baik.
Lain halnya dengan si bebek, ia cukup mahir dalam mata pelajaran berenang, terbang pun untuk jarak yang tidak terlampau jauh ia mampu, namun untuk berlari dengan cepat, ia mengalami kesulitan. Apalagi untuk memanjat pohon. Bahkan berkali-kali ia mencoba untuk memanjat pohon, sampai akhirnya kakinya lecet-lecet dan berdarah. Usahanya sia-sia, malah karena luka-luka yang dialaminya, ia jadi terhambat untuk berenang dan terbang dengan lancar, yang semula amat dikuasai dengan baik. Sayang sekali bukan?”.
Apa hikmah yang bisa kita petik?. Apakah pengalaman belajar mereka sama dengan yang kita alami di sekolah?. Apakah sekolah menjadi satu-satunya tempat kita belajar dan menjadi andalan kita untuk menjadi seorang yang sukses nantinya, padahal diluar sana juga banyak sarana untuk kita belajar, termasuk mengasah bakat dan kemampuan khusus kita. Semakin bebas dan mandiri dalam belajar, kita juga semakin bebas berpikir tentang banyak hal tanpa terkurung, seperti katak dalam tempurung.
Future
Bangun Masa Depan Lebih Baik
Menurutku ada hal menarik dari gagasan Pak Nadiem tentang merdeka belajar yang harus kita garis bawahi. Karena ide merdeka belajar ternyata datang karena keinginan menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu yang membuat pusing dan sakit kepala.
Sumber: Youtue KEMENDIKBUD RI
Di masa mendatang, sistem pengajaran juga akan semakin berubah, tentu saja karena kita belajar juga dari pengalaman belajar daring selama ini. Belajar di luar kelas atau outing class yang akan menjadi bentuk pembelajaran baru yang semakin banyak digunakan untuk semakin menarik minat anak didik. Suasana belajar akan semakin menarik, tidak hanya menggunakan metode ceramah atau mendengarkan guru menjelaskan di kelas. Kita akan semakin banyak berdiskusi karena gangguan keterbatasan ruang kelas bisa kita atasi. Pembentukan karakter bisa lebih mudah terlihat, karena kemandirian, keberanian, kemampuan anak didikbergaul, berkompetensi, dapat lebih terlihat dalam outing class.
Dan lagi, menurut banyak survei para pakar, sistem ranking dan skor nilai membuat anak didik resah, karena seperti kisah inspiratif sekolah para hewan, setiap anak memiliki bakat dan kecerdasan dalam bidang masing-masing, bisa jadi kurang pada satu jenis pelajaran, tapi menyimpan kemampuan brilian dalam mata pelajaran yang lain, sehingga ukuran nilai tak sepenuhnya bisa disamaratakan pada setiap anak didik.
Makanya ada empat hal yang penting kalian ketahui supaya pusingnya tidak bertambah berat ya.
Pertama; ternyata Ujian Nasional (UN) yang selalu membuat resah dan gelisah para anak didikakan digantikan dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Asesmen diperlukan untuk menguatkan kemampuan literasi dan numerik. Berbeda dengan UN, yang dilaksanakan di akhir jenjang pendidikan, asesmen dilaksanakan di kelas 4,8,dan 11. Tujuannya bagi sekolah agar bisa memperbaiki proses pembelajaran, sebelum anak didik selesai sekolah.
Kedua; ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) diserahkan ke sekolah, yang diberi keleluasan menentukan nilai, seperti portofolio, karya tulis atau tugas lainnya.
Ketiga; bagi para guru, ada penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang dibuat cukup satu halaman. Administrasi disederhanakan, jadi bisa digunakan luang waktunya untuk kegiatan belajar dan meningkatkan kompetensi.
Keempat; penerimaan anak didikbaru PPDB, sistem zonasi diperluas. Bisa melalui jalur afirmasi, prestasi dalam sistem baru tersebut. Dan pemerintah daerah memiliki kewenangan teknis soal zonasi tersebut, jadii lebih merdeka kan!.
Nah empat hal tersebut, setidaknya akan sangat banyak membantu kita sebagai anak didik dan guru dalam rencana merdeka belajar itu ya kan?.
Selanjutnya bagaimana dengan impian kita setelah selesai di sekolah saat ini?, bagaimana dengan rencana melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Apakah sekolah kita membantu kita mewujudkan impian kita tersebut. Jika tidak apa usaha yang kita lakukan. Akankah kita menyerah karena keterbatasan atau karena kita merasa bahwa kita belum merdeka dalam belajar.
Menurutmu apakah tantangan pandemi menjadi salah satu alasan kita menjadi semakin lemah atau justru membuat kita menyadari bahwa semakin banyak tantangan semakin banyak pelajaran yang bisa kita petik.
Apakah kalian merasa bahwa belajar daring ternyata memberi pengalaman yang berbeda dalam cara kita belajar?.
Bahwa yang sebelumnya tak terbayangkan pada akhirnya kita akan belajar dari rumah melalui sebuah media digital, tanpa bertemu langsung dengan teman dan guru kita. Dan apakah selama ini ada pengaruhnya terhadapmu?.
Begitu banyak pertanyaan, dan begitu juga banyak jawaban yang kita temukan atau dibantu orang lain yang kita temukan. Bahwa belajar daring membutuhkan kemandirian. Bagaimana jika kelak sistem belajar kita permanen dengan dua sistem aring dan luring, termasuk ketika kita belajar di perguruan tinggi nantinya. Jika kita mau belajar kita akan terbiasa dengan sistem belajar yang kita jalani sekarang. Apalagi eranya 4.0, siap tidak siap ya harus siap.


Sumber: indonesiabaik.id
Merdeka
Persiapkan UTBK dengan Widya Edu
Aplikasi Tryout, Latihan dan Tanya Soal
Asah kemampuanmu dengan latihan soal yang dilengkapi pembahasan berkualitas.

Ayo Mulai Mempersiapkan UTBK dengan Widya Edu!
Cara belajar terus mengalami perubahan, termasuk dalam kondisi pandemi yang memaksa kita belajar daring. Inisiatif diperlukan oleh anak didik untuk terus belajar, termasuk dengan memanfaatkan banyak aplikasi. Kita bisa menggali banyak informasi untuk Persiapan UTBK dengan Widya Edu seperti di laman widyaedu.com/utbk. Buat kamu yang masih gelap informasi tentang langkah menuju perguruan tinggi favorit akan tercerahkan. Coba saja kunjungi laman situsnya.
Sebagai langkah persiapan menuju perguruan tinggi adalah dengan terus belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal melalui kegiatan try out, sebagai ajang uji coba kemampuan sebelum benar-benar ikut ujian sebenarnya.
Tryout membuat kita mengenal banyak jenis soal yang nantinya akan muncul saat UTBK. Termasuk mengasah kemampuan kita dalam manajemen waktu dalam menjawab soal ujian yang ada. Dan mengevaluasi seberapa besar peluangmu lolos masuk di jurusan kuliah yang di inginkan.
Akan ada beberapa jenis tes yang akan kita temukan ketika kita mengikuti langkah menuju perguruan tinggi paska sekolah. Ada TPS (tes potensi skolastik) pada saat ujian masuk sekolah formal khususnya perguruan tinggi yang fungsinya mengukur kemampuan kognitif anak didik berupa penalaran dan pemahaman umum yang dianggap penting.
Tesnya ada dua jenis yaitu; reasoning test dan subject test. Untuk reasoning test, penilaian yang dilihat adalah kemampuan anak didikdalam membaca, menulis, dan matematika.
Sedangkan subject test akan menguji keterampilan anak didikdalam bidang studi tertentu, seperti sains, sejarah, dan bahasa asing. Jangan lupa untuk mengasah kemampuanmu menaklukkan utbk melalui soal-soal try out yang ada. Karena siapapun pasti akan bisa, jika sudah terbiasa. Gali terus informasinya, agar kamu tak bingung sendirian.
Nah menurutmu apakah kita sudah semakin merdeka dalam belajar sekarang ini. Jika ya, mungkin kita sendiri yang dapat merasakan apakah merdeka belajar membuat kita semakin rileks dan santai dalam belajar. Semoga dalam momentum kemerdekaan Negara Republik Indonesia ke- 76 sekarang, menjadi kesempatan kita untuk semakin bebas dalam belajar dan tidak terkurung dalam berpikir. Jangan lupa kesempatan ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya, untuk masa depan kita yang lebih baik. Jika tidak jangan salahkan orang lain jika kita merasa belum sepenuhnya merdeka!.
Kenapa Harus dengan Widya Edu?





Sumber: Google Play Aplikasi Widya Edu
referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Laskar_Pelangi
ningsih, widya. “merdeka belajar melalui empat pokok kebijakan baru di bidang pendidikan suara guru online”
media, kompas cyber. “terobosan merdeka belajar nadiem makarim, ubah sistem zonasi hingga hapus un”. kompas.com.