Tidak bisa dan tidak akan bisa hingga kapanpun.
Kenapa Begitu?
Pertama-tama kita harus mengerti dulu prinsip dan sejarah dari pembentukan Uni Eropa dan ASEAN, Vellas.
Mengapa negara-negara ASEAN tidak/belum membuat mata uang bersama?
Sangat sulit, bahkan dapat saya bilang hampir tidak mungkin dalam waktu jangka menengah kedepan.
Kenapa?
Pertama-tama saya akan membandingkan ASEAN dengan Uni Eropa disini karena Uni Eropa adalah contoh sebuah kawasan yang dapat menerapkan mata uang tunggal secara relatif berhasil.
Ada 3 alasan kenapa ASEAN tidak mungkin membuat mata uang bersama
Pertama, prinsip dasar dari Uni Eropa (EU) dan ASEAN saja sudah berbeda.
Pada awal mula organisasi pendahulu (EU), Komunitas Batubara dan Besi Eropa (ECSC) dibuat dengan prinsip bahwa negara negara anggota ECSC memberikan sebagian kedaulatan mereka kepada sebuah organisasi supranasional. Jadi, negara-negara ECSC memberikan kedaulatan hak mengatur produksi, distribusi, dan konsumsi besi dan batu bara ke ECSC. Hal ini terus berlanjut dan berkembang hingga negara-negara ECSC membentuk Komunitas Ekonomi Eropa (EEC), dimana negara-negara anggota EEC memberikan dan menyerahkan sebagian kedaulatan mereka di bidang ekonomi ke EEC. Hingga pada akhirnya, mata uang Euro diterapkan pada mayoritas negara anggota EU yang berarti mereka yang menggunakan Euro menyerahkan kedaulatan mereka di bidang moneter.
Ini saja sudah berbanding terbalik dengan prinsip dasar ASEAN. ASEAN dibentuk pada tahun 1967 untuk menjaga kedaulatan dan keselamatan negara-negara Asia Tenggara dari pengaruh Komunisme. Jadi, prinsip dari ASEAN adalah non-intrrvensi dan penjagaan kedaulatan. Maka dari itu, pengimplementasian mata uang tunggal ASEAN akan mengambil kedaulatan masing-maaing negara anggota ASEAN dalam hal moneter sehingga mereka tidak bisa bebas mengatur kebijakan moneter mereka sendiri.
Salah satu contohnya adalah Yunani. Pada tahun 2008, terjadi krisis hutang di Yunani yang diperparah oleh krisis ekonomi global. Yunani tidak bisa gercep menangananinya melalui bidang moneter karena harus berkoordinasi dengan negara-negara lain yang menggunakan Euro. Karena masing-masing negara punya kepentingan mereka sendiri, tentunya akan sangat sulit untuk mencapai konsensus yang memuaskan semua pihak.
Kedua, kondisi ekonomi yang jomplang di ASEAN.
Kalau kita lihat negara-negara Eurozone, maka menurut saya kondisi ekonomi mereka relatif merata. Kondisi kehidupan mereka relatif merata dan PDB per kapita nominal mereka relatif merata diantara negara-negara Eurozone. Paling ada beberapa yang agak berbeda. Level pembangunan di negara-negara Eurozone juga tidak terlalu berbeda.
Mari kita lihat ASEAN :
Lihat betapa jompangnya Singapura dan Myanmar. Lalu, kondisi perekonomian negara-negara ASEAN sangat jomplang. Ada Singapura yang maju dan Myanmar yang merupakan least developed country. Level pembangunan juga sangat berbeda antara negara-negara ASEAN. Belum lagi arah perekonomian yang berbeda. Vietnam misalnya mementingkan perekonomian manufaktur, sedangkan Singapura lebih ke perbankan.
Ketiga, terdapat perbedaan kepentingan moneter yang sangat besar antar negara-negara ASEAN.
Di Uni Eropa, mereka relatif bisa mencapai konsensus terhadap kebijakan moneter karena kondisi dan arah perekonomian mereka yang cenderung merata.
Di ASEAN, ini hampir tidak mungkin. Negara-negara Singapura misalnya ingin mata uangnya mengambang dalam range tertentu. Maka dari itu mata uang Singapura dapat sangat kuat karena nilai mata uangnya merefleksikan kekuatan keuangannya. Sedangkan negara-negara berorientasi manufaktur seperti Vietnam, Indonesia, dan Kamboja cenderung ingin menahan mata uang mereka lemah untuk mengurangi impor dan memotivasi perusahaan asing untuk membuka pabrik disana dengan SDM yang murah.
Mencapai konsensus antara negara-negara yang ingin mata uang mereka ditahan rendah dengan mereka yang ingin mata uang mereka mengambang bebas atau bahkan cenderung ingin kuat akan sangat sulit sekali.
Belum lagi apabila ada krisis keuangan. Memiliki mata uang sendiri berarti anda bisa membuat kebijakan moneter dengan cepat dan adaptif. Apabila anda memiliki mata uang bersama, maka anda harus merundingkan dulu dengan negara lain yang memiliki kepentingan yang lain pula yang bisa saja bertentangan dengan kita.
Maka dari itu, dapat saya katakan bahwa prospek mata uang tunggal ASEAN sangat sulit dan bahkan hampit tidak mungkin selama masa jangka menengah kedepan.
Merci et Au Revoir. Scientia Potentia Est
Penulis : Trystanto, S.I.P di Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada